TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai bahwa di masa mendatang konsolidasi antarbank akan semakin marak terjadi. Akuisisi dan merger bank ini menjadi tren lantaran perkembangan teknologi memang menuntut bank tidak hanya berdiri sendiri, melainkan berkolaborasi dengan bank maupun lembaga lainnya.
Baca: Saham Bank Permata Melonjak Usai Kabar Bakal Dibeli Bank Mandiri
“Bank sekarang, yang sendiri dan enggak berpikir kolaborasi, itu yang harus hati-hati. Berarti dia enggak berpikir tentang perubahan yang terjadi, yang akan menyebabkan dia mati dengan sendirinya,” kata Aviliani saat ditemui usai diskusi Indef di ITS Tower, Jakarta Selatan, Selasa, 26 Maret 2019.
Aviliani menerangkan, konsolidasi antarbank ini bisa berbentuk merger, akuisisi, ataupun sekedar pembelian sebagian saham milik dari satu bank ke bank lainnya. Selain itu, hasil dari konsolidasi ini juga akan membuat nilai dari perusahaan bertambah tinggi jika dilakukan saat ini. “Kalau nanti yang lain sudah berkelompok, bisa ada bank yang tinggal nama, dijual nilainya juga sudah enggak ada,” ujar dia.
Dikutip dari laporan Koran Tempo pada 11 Maret 2019, sejumlah bank dengan modal jumbo terus menjajaki rencana konsolidasi berupa akusisi dan merger dengan bank kecil. Bank ini membidik penguasaan bank yang berpotensi menopang ekspansi bisnisnya.
Beberapa bank yang mengambil langkah konsolidasi antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Bank BUMN ini dikabarkan akan membeli saham PT Bank Permata Tbk, setelah Standard Chartered Bank, sang pemilik saham utama, melakukan divestasi. Lalu, ada juga PT Bank Central Asia Tbk yang disebut-sebut akan mengakuisisi beberapa bank, salah satunya Bank Royal Indonesia.
Baca: Hanya Dua Bank BUMN yang Masih Merekrut Karyawan Baru
Aviliani menyebut bahwa konsolidasi alamiah ini mungkin harus diikuti oleh arsitektur tertentu di tubuh perbankan untuk meresponsnya. Salah satunya yaitu menyiapkan bank khusus yang bergerak di sektor spesifik. “Jadi bank khusus yang dimiliki ini, ya biarin aja segitu, biarkan tumbuh segitu aja dengan bisnisnya,” kata Komisioner Bank Mega ini.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK juga memperkirakan industri perbankan nasional bakal terus menuju arah konsolidasi, baik akuisisi maupun merger. Ini terjadi karena ketatnya persaingan dan perkembangan teknologi sistem keuangan. “Ke depan akan terjadi merger alamiah. Saya perkirakan yang ideal 20 - 30 bank," kata JK di Perbanas Institute, Jakarta, Rabu, 27 Februari 2019.